Komunikas Efektif sebagai Solusi
Komprehensif
Komunikasi
merupakan suatu proses yang melibatkan 2 orang atau lebih dan di dalamnya terjadi
pertukaran informasi dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Terdapat dua
jenis komunikasi yaitu komunikasi lisan dan tulisan. Di dalam komunikasi,
terdapat 5 elemen yang terlibat yaitu sender (pengirim informasi), receiver
(penerima informasi), informasi, feed back, dan media.
Hal yang
harus menjadi perhatian utama dan sering kita lupa adalah, receiver (penerima
informasi) dari PBM adalah manusia, maka sudah selayaknya seorang pendidik
memperlakukan
siswanya
“sebagai manusia”, jangan memperlakukan mereka sebagai mesin atau objek yang
tidak memiliki perasaan. Pahami diri Anda sebagai seorang manusia untuk
kemudian posisikan diri Anda ke dalam posisi siswa Anda, rasakan apa yang
disenanginya, dan jauhi apa yang dibencinya. Sudah saatnya komunikasi yang
terjadi di dalam PBM merupakan sebuah komunikasi berkualitas yang mengedepankan
rasa “kemanusiaan”, dengan demikian akan tercapai sebuah kualitas dari komunikasi
yang efektif yang akan berefek pada peningkatan kualitas diri setiap orang yang
terlibat di dalamnya.
Menurut Stephen Covey, komunikasi merupakan
keterampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian
besar waktu di saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi. Sama halnya
dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi
begitu saja, sehinggga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan
efektif.
Stephen Covey menekankan konsep
kesalingtergantungan (interdependency) untuk menjelaskan hubungan
antarmanusia. Unsur yang paling penting dalam komunikasi bukan sekedar pada apa
yang kita tulis atau kita katakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita
menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Jadi syarat utama dalam komunikasi
efektif adalah
“karakter
yang kokoh yang dibangun dari integritas pribadi yang kuat.”
Integritas
pribadi menghasilkan kepercayaan dan merupakan dasar jenis deposito yang berat.
Integritas merupakan fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif,
karena tidak ada persahabatan yang lebih dari sekedar kejujuran (honesty).
Kejujuran
mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas.
Integritas
adalah menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita. Integritas bersifat aktif,
sedangkan kejujuran bersifat pasif. Seorang pendidik akan menjadi faktor yang
terus disorot oleh siswa, oleh karena itu apabila Anda seorang pendidik diharapkan
bisa menjadi teladan yang baik bagi siswa dalam setiap perilakunya. Setelah
kita memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif, maka hal berikutnya
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
5 HUKUM
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
(The 5
Inevitable Laws of Effective Communication), yang disingkat REACH yang berarti
merengkuh atau meraih.
Karena
sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih
perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon
positif dari orang lain.
1.
Hukum ke-1 : Respect
Hukum
pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap
individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Pahami bahwa seorang
pendidik harus bisa menghargai setiap siswa yang dihadapinya. Rasa hormat dan
saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan
orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap
penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan
dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita
membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati,
maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan
efektivitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan
sebagai tim.
Menurut Dale Carnegie dalam bukunya How to
Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu
prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan
penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang psikolog yang sangat terkenal William
James juga mengatakan bahwa “Prinsip paling dalam sifat dasar manusia adalah
kebutuhan untuk dihargai”. Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan yang
harus dipenuhi (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak
harus dipenuhi). Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan
tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang
dapat memuaskan kelaparan hati akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Charles Schwaab, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang
mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling
besar yang dia miliki adalah kemampuan dalam membangkitkan antusiasme pada
orang lain. Dan cara untuk dalam membangkitkan antusiasme dan mendorong orang
lain melakukan hal–hal terbaik adalah dengan memberikan penghargaan yang tulus.
Berikan sebuah penghargaan yang tulus kepada masing–masing siswa. Siswa dapat membedakan
antara perlakuan yang tulus dan tidak tulus. Berikan penghargaan maka Anda
sebagai seorang pendidik akan dihargai oleh siswa. Berikan penghargaan maka
proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan bagi semua
pihak.
2.
Hukum ke-2 : Empathy
Empati
adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi
yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap
empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu
sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey
menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan
manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu,
baru dimengerti (Seek first to understand – understand then be understood to
build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust).
Inilah yang disebut dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengarkan
orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan
yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message)
dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya.
Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku
konsumen (consumer’s behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami
perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan,
keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan
bentuk komunikasi di dunia pendidikan. Kita perlu saling memahami dan mengerti
keberadaan, perilaku dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulakan
respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang
merupakan unsur utama dalam membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses
belajar-mengajar. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan
pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita.
Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan
psikologi atau penolakan dari penerima.
3.
Hukum ke-3 : Audible
Makna
dari audible antara lain : dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu
menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita
sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus di
sampaikan melalui media atau delivery channel hingga dapat diterima dengan
baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk
menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual yang
akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.
4.
Hukum ke-4 : Clarity
Selain
bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait
dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan
multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang lainnya. Clarity dapat
pula berarti keterbukaan dan transparasi. Dalam berkomunikasi kita perlu
mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan),
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya
akan menurunkan semangat dan antusiasme siswa dalam proses belajar-mengajar.
Perjelas maksud Anda dalam mengajar sesuatu, sampaikan secara sistematis dan
teratur, gunakan alat bantu peraga jika memang diperlukan. Semakin siswa
merasakan mendapat banyak ilmu dari Anda, maka siswa akan semakin terpacu untuk
terus menghadiri dan memperhatikan pelajaran yang Anda sampaikan. Dengan cara
seperti ini siswa tidak akan menganggap lagi proses belajar-mengajar sebagai
formalitas tetapi akan mengganggapnya sebagai sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.
5.
Hukum ke-5 : Humble
Hukum
kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap
ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa
menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita
miliki. Hal terakhir yang harus ada di dalam diri para pendidik adalah sikap
mental yang dipenuhi semangat dan kesungguhan. Semua teori yang disebutkan di
atas tidak akan cukup berat jika memang tidak dibarengi dengan sebuah
kesungguhan dan semangat yang kita singkat dengan SOUL (4 spirit for SOUL).
• Spirit
for Servicing
Hal ini
mungkin menjadi sesuatu yang sering dilupakan insan pendidikan. Pekerjaan mulia
yang ada di hadapan sering kali tidak dibungkus dengan sebuah semangat yang
tulus untuk melayani. Melayani murid tercinta, melayani orang yang memberikan
kepercayaan kepada Anda, melayani cikal bakal kader bangsa calon penyelamat
bangsa untuk keluar dari krisis. Munculkan semangat ini dalam diri Anda,
semangat yang lebih untuk melayani.
• Spirit
for giving an Ouststanding
Performance
Tetapi
semangat melayani tidak cukup, Anda sebagai insan pendidikan harus berani
menaikkan level pelayanan Anda menjadi pelayanan dengan semangat memberikan Ouststanding
Performance semangat memberikan hasil yang terbaik bagi semua tugas dan
pelayanan yang menjadi amanah Anda.
• Spirit
for Understanding
Hal
selanjutnya yang tidak kalah penting adalah, semangat yang tulus yang muncul
dari dalam diri untuk lebih mendengarkan dan mengerti keinginan siswa yang Anda
didik.
• Spirit
for Loving
Kemudian,
munculkanlah semangat untuk lebih mencintai siswa seperti mencintai anak
sendiri, dan cintai diri mereka seperti kita mencintai diri sendiri. Lakukan
hal ini, maka siswa akan melihat ketulusan kita untuk kemudian akan
bersama-sama dengan kita meraih kesuksesan dalam proses belajar-mengajar.
Mudah–mudahan
“Komunikasi Efektif Dalam Proses Belajar Mengajar” akan menjadi salah satu
solusi atas permasalahan kritis bangsa ini, semoga.
Amin………
Daftar
Pustaka
Sumardi,
(200?) “pengembangan Kompetensi dan Kompetensi dan Kepribadian dan
Kompetensi
Sosial”: Makalah
disampaikan pada TOT Kompetensi Sosial PPPG Bahasa
Jakarta
2006
Dr.
Sumardi, M.Sc. 2006 “Pengembangan Potensi Diri Rahasia Karyawan – Perusahaan
Membangun
Sukses”: Makalah
disampaikan pada Achievement Motivation Training 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar