A.
Pengertian Pembelajaran dan Pengajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori
belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan
proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Pendapat lain mengartikan bahwa pembelajaran merupakan aktifitas yang paling
utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak
tergantung secara efektif. Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif
antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi.
Dari definisi yang dikemukakan di atas, secara umum pembelajaran merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi
antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Maka dapat kami simpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan
pendidik yang menimbulkan interaksi belajar mengajar dengan peserta didik untuk
memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Pembelajaran diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar”
yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)
ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang
berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik
mau belajar.
Ada pandangan yang menyebutkan bahwa pendidikan itu didapat oleh siswa, bukan
diterima. Pandangan senada menyatakan bahwa guru tidak dapat memberikan
pendidikan apapun kepada siswa, tetapi siswa itulah yang harus mendapatkannya.
Pandangan-pandangan yang menekankan faktor penting keaktifan siswa ini tentu
saja tidak bermaksud mengecilkan arti penting pengajaran. Namun pada
kenyataannya pengajaran menjadi sesuatu yang terabaikan. Memang pada akhirnya
hasil yang dicapai oleh siswa dari belajarnya tergantung pada usahanya sendiri,
tetapi bagaimana usaha itu terkondisikan banyak dipengaruhi oleh faktor
pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Untuk itulah pembelajaran hendaknya dipandang sebagai variabel bebas
(independent variable) yakni suatu kondisi yang harus dimanipulasikan, suatu
rangkaian strategi yang harus diambil dan dilaksanakan oleh guru. Pandangan
semacam ini akan memungkinkan guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. mengusahakan lingkungan yang menguntungkan bagi kegiatan belajar;
b. mengatur bahan pelajaran dalam suatu organisasi yang memudahkan siswa untuk
mencerna;
c. memilih suatu strategi mengajar yang optimal berdasarkan pertimbangan
efektifitas dan kondisi psikologis siswa serta pertimbangan lainnya yang sesuai
dengan konteks objektif di lapangan;
d. memilih jenis alat-alat audio visual atau media pembelajaran lain yang tepat
untuk keperluan belajar siswa.
Pada waktu yang sama, pandangan tersebut akan menyarankan cara-cara yang dapat
mendorong dan memotivasi siswa untuk siap, mau dan mampu belajar. Hal ini pada
gilirannya akan mengarah secara langsung kepada suatu teori motivasi dan kepada
suatu teori pendidikan tentang pertumbuhan kepribadian.
2. Pengertian Pengajaran
Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan
perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Tanda-tanda perkembangan
tersebut, dapat kita amati berdasarkan pengertian-pengertian di bawah ini :
1) Pengajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar
dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Dalam konsep
ini, guru bertindak dan berperan aktif bahkan sangat menonjol dan bersifat
menentukan segalanya. Pengajaran sama artinya dengan perbuatan mengajar;
2) Pengajaran merupakan interaksi mengajar dan belajar. Pengajaran berlangsung
sebagai suatu proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk hubungan
interaksi antara guru dan siswa. Guru bertindak sebagai pengajar, sedangkan
siswa berperan sebagai yang melakukan perbuatan belajar. Guru dan siswa
menunjukkan keaktifan yang seimbang sekalipunn peranannya berbeda namun terkait
satu dengan yang lainnya;
3) Pengajaran sebagai suatu sistem.Pengertian pengajaran pada hakikatnya lebih
luas dan bukan hanya sebagai suatu proses atau prosedur belaka.
Pengajaran adalah suatu sistem yang luas, yang mengandung dan dilandasi oleh
berbagai dimensi, yakni :
a. Profesi guru,
b. Perkembangan dan pertumbuhan siswa/peserta didik,
c. Tujuan pendidikan dan pengajaran,
d. Program pendidikan dan kurikulum,
e. Perencanaan pengajaran,
f. Strategi belajar mengajar,
g. Media pengajaran,
h. Bimbingan belajar,
i. Hubungan antara sekolah dan masyarakat, dan
j. Manajemen pendidikan / kelas.
Proses pembelajaran berlangsung dalam suasana tertentu yakni situasi belajar
mengajar. Dalm situasi ini, terdapat faktor-faktor yang saling berhubungan
yaitu ; tujuan pembelajaran, siswa yang belajar, guru yang mengajar, bahan yang
diajarkan, metode pembelajaran, alat bantu mengajar, prosedur penilaian, dan
situasi pengajaran. Dalam proses pengajaran tersebut, semua faktor bergerak
secara dinamis dalam suatu rangkaian yang terarah dalam rangka membawa para
siswa/peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengajaran merupakan
suatu pola yang didalamnya tersusun suatu prosedur yang direncanakan dan
terarah serta bertujuan. Dalam istilah lain, kegiatan pembelajaran terdiri dari
: tahap perencanaan, pelaksanaan/implementasi, dan evaluasi.
Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran,
sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran/pembelajaran/ pemelajaran yang
sudah dibuat. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada
bagaimana perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah
kurikulum.
B. Persamaan Pembelajaran dan Pengajaran
1. Sama-sama proses utama dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, baik pembelajaran maupun
pengajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Karena keduanya merupakan
proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu
saling bertukar informasi.
2. Menggunakan guru sebagai pelaku, transfer dan pembimbing
Peran yang dimiliki oleh seorang guru dalam tahap ini adalah sebagai
fasilitator dengan kata lain ialah sebagai pelaku dalam pentransferan
pengetahuan sekaligus sebagai pembimbing. Untuk menjadi fasilitator yang baik
guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa tugas guru tidak
hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi
fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning)
kepada seluruh peserta didik. Untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini si
guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya.
Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih
dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana
implikasinya dalam proses pembelajaran.
3. Tujuannya sama-sama untuk perubahan atas sikap dan prilaku
Keduanya bertujuan untuk memperoleh suatu perubahan yang dilakukan secara sadar
dan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dan menetap dalam
tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu dan latihan
berinteraksi dengan lingkungannya.
C. Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran
1. Fokus usaha pada guru adalah pengajaran (teaching) berfokus mengajar(i) atau
transfer kompetensi.
Pembelajaran (intructional) adalah bagian dari mengajar dan untuk mendidik
dengan karakter yang khas atau memandu atau membimbing siswa dalam satu
kompetensi tertentu yang ditentukan dalam KTSP, yang menjadi pusat dalam
pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa adalah sebagai bawahan atau dianggap
siswa tidak mengetahui apa-apa (komunikasi satu arah).
2. Fokus hasil pengajaran siswa mampu mendapatkan suatu potensi dari RPP yang
digariskan menurut kurikulum, fokusnya siswa biasa belajar mau, terampil dan
membangkitkan kemauan belajar.
Dari segi guru, proses tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya,
proses belajar yang merupakan proses inteernal siswa tidak dapat diamati,
tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses tersebut ”tampak” lewat perilaku siswa
mempelajari bahan belajar. Perilaku tersebut tampak pada tindak-tindak belajar
tentang beberapa mata pelajaran yang merupakan respon siswa terhadap tindak
mengajar atau tindak pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut ada
hubungannya dengan desain instruksional guru. Dalam desain intruksional, guru
membuat tujuan instruksional khusus, atau sasaran belajar.
Adapun hubungan pembelajaran dalam rangka emansipasi diri siswa menuju
kemandirian adalah:
1. Guru yang membuat desain instruksional memandang siswa sebagai partner yang
memiliki asas emansipasi diri menuju kemandirian. Guru menyusun acara
pembelajaran.
2. Siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses
pembelajaran.
3. Tujuan pembelajaran dalam desain instruksional dirumuskan oleh guru berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tujuan pembelajaran tersebut juga merupakan
sasaran belajar bagi siswa menurut pandangan dan rumusan guru.
4. Kegiatan belajar-mengajar merupakan tindak pembelajaran guru di kelas.
Tindak pembelajaran tersebut menggunakan bahan belajar, wujudnya adalah
berbagai bidang studi di sekolah.
5. Proses belajar merupakan hal yang dialammi oleh siswa, suatu respons
terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Dalam proses
ini, guru meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotoriknya.
6. Perilaku siswa merupakan hasil proses belajar. Perilaku tersebut dapat
berupa perilaku yang tak dikehendaki dan yang dikehendaki. Hanya
perilaku-perilaku yang dikehendaki yang diperkuat
7. hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut
terjadi terutama berkat evaluasi guru.
8. Setelah siswa lulus, berkat hasil belajar, siswa menyusun program belajar
sendiri.
Guru membuat desain instruksional yang berlaku bagi semua siswa dan juga
merumuskan tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan
instruksional khusus juga disebut sebagai sasaran belajar siswa, sebab rumusan
tujuan tersebut diorientasikan bagi kepentingan siswa memperhitungkan
pengetahuan awal dan kebutuhan belajar siswa.
Dari segi guru, tujuan instruksional dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman
tindak belajar dengan acuan berbeda. Tujuan instruksional (umum dan khusus)
dijabarkan dari kurikulum yang berlaku secara legal di sekolah. Tujuan kurikulum
sekolah tersebut dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional. Acuan tersebut,
berarti juga mengaitka pada bahan belajar yang harus diajarkan oleh guru.
Dari segi siswa, sasaran belajar tersebut merupakan panduan belajar yang dapat
diketahui oleh siswa sebagai akibat adanya informasi guru. Panduan belajar
tersebut harus diikuti, sebab mengisyaratkan kriteria keberhasilan belajar.
Karena keberhasilan belajar siswa merupakan prasyarat begi program belajar
selanjutnya. Dengan keberhasilan belajar, maka siswa akan menyusun program
belajar dan tujuan belajar sendiri.
D. Dimensi Belajar
1. Sikap dan Persepsi Positif tentang Belajar
Sikap dan persepsi mempengaruhi kemampuan belajar siswa. Jika siswa memiliki
pandangan yang kurang menyenangkan terhadap kelasnya, maka mereka tidak akan
dapat belajar banyak; demikian pula jika siswa memiliki sikap negatif terhadap
tugas-tugasnya di kelas maka perolehan belajarnya tidak sesuai dengan yang
diinginkan.
Mudah untuk dipahami bahwa sikap dan persepsi belajar sangat mempengaruhi
proses belajar. Sikap dapat mempengaruhi belajar secara positif, sehingga
belajar menjadi mudah, sebaliknya sikap juga dapat membuat belajar menjadi
sangat sulit.
Ada dua kategori sikap dan persepsi yang mempengaruhi belajar: (1) sikap dan
persepsi tentang iklim (suasana) belajar, dan (2) sikap dan persepsi terhadap
tugas-tugas kelas. Guru yang efektif memberikan penguatan terhadap kedua
kategori itu dengan teknik yang jelas dan sesuai.
Guru seyogyanya membantu menumbuhkan sikap, dan persepsi siswa yang positif
terhadap iklim belajar dengan menekankan aspek-aspek internal siswa (suasana
mental yang kondusif) daripada aspek-aspek eksternal. Aspek-aspek internal ini
meliputi dua hal, yaitu (1) penerimaan oleh guru dan teman sekelas (kontak
mata, penguatan, d1l), dan (2) kenyamanan suasana fisik di dalam kelas (perabot
yang nyaman, aturan-aturan yang menyenangkan, dll). Guru dapat membantu
menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap tugas-tugas kelas dengan
cara memberikan pemahaman akan nilai tugas, kejelasan tugas, dan kejelasan
sumber.
Elemen kunci untuk pembelajaran yang efektif adalah membantu siswa untuk
mengembangkan sikap dan persepsi positif tentang belajar dan kelasnya.
2. Berfikir Bagaimana Cara Memperoleh dan Mengintegrasikan Pengetahuan
Membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan baru, mengintegrasi-kannya dengan
pengetahuan yang sudah mereka miliki, dan menyimpannya di dalam memori
merupakan aspek penting lain dalam belajar.
Ketika siswa belajar tentang informasi baru, mereka harus dituntun dalam
menghubungkan pengetahuan baru tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui,
mengorganisasikan informasi tersebut, kemudian menjadikannya sebagai bagian
pengetahuannya di Long-term Memory (LTM) yang dikatakan sebagai proses
internalisasi.
Dalam upaya memperoleh pengetahuan dan memahami sesuatu, umumnya manusia
melakukan satu atau lebih metode untuk memperoleh pengetahuan. Secara garis
besar, metode yang biasa dilakukan untuk memperoleh pengetahuan berjumlah empat
metode. Keempat metode ini biasa disebut sebagai metode memperoleh pengetahuan
atau methods of knowing, yaitu:
1. Tenacity, yang dimaksud dengan metode tenacity adalah cara memperoleh
pengetahuan yang dilakukan dengan sangat meyakini sesuatu, meski bisa jadi apa
yang diyakininya belum tentu benar. Keyakinan ini disebabkan karena hal yang
diyakini tersebut umumnya terjadi.
Contoh: seseorang yang meyakini bahwa warna biru adalah warna keberuntungan
karena sering memperoleh hal-hal yang menyenangkan setiap kali ia bersinggungan
dengan warna biru, seperti memakai baju biru, membeli barang berwarna biru, dan
lainnya.
2. Authority yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan pada
pihak yang dianggap kompeten.
Contoh: seseorang percaya bahwa besok akan turun hujan karena ia percaya dengan
informasi yang diberikan oleh prakiraan cuaca esok hari.
3. A priori, metode memperoleh pengetahuan dengan menitikberatkan pada
kemampuan nalar dan intuisi diri sendiri, tanpa mempertimbangkan informasi dari
pihak luar.
Contoh: seseorang yang tengah tersesat namun mempercayakan dirinya untuk
menemukan jalan keluar tanpa ada keinginan untuk bertanya.
4. Science, cara memperoleh pengetahuan dengan melakukan serangkaian cara-cara
ilmiah, seperti mengajukan dugaan, pengujian dugaan, pengontrolan variabel,
hingga penyimpulan. Cara ini dianggap sebagai cara yang paling dapat diyakini
kebenarannya atas pengetahuan yang diperoleh. Hal ini karena pada science telah
dilakukan serangkaian ujicoba sebelum akhirnya memperoleh pengetahuan berupa
kesimpulan, yang mana pengujian-pengujian seperti ini tidak ditemukan pada
ketiga metode sebelumnya.
3. Memperluas dan Mengembangkan Pengetahuan
Belajar tidak berhenti sampai memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan.
Siswa diharapkan mengembangkan pengetahuannya secara lebih mendalam melalui
proses perluasan dan pendalaman pengetahuan dengan cara menganalisis apa yang
telah dipelajari. Proses analisis dapat dilakukan melalui kajian perbandingan,
klasifikasi, abstraksi, induktif/deduktif, mengkonstruksi, analisis kesalahan,
analisis perspektif.
Guru diharapkan mempertimbangkan dua pertanyaan penting berkenaan dengan
perencanaannya terhadap dimensi ketiga ini :
n Informasi apa yang penting bagi siswa agar mereka
dapat memperluas dan memperdalam pengetahuannya ?
n Strategi dan aktivitas apa yang akan digunakan
untuk membantu siswa memperluas dan memperdalam informasi tersebut ?
4. Menggunakan Pengetahuan secara Bertahap
Belajar yang dianggap paling efektif adalah ketika pengetahuan digunakan untuk
menunjukkan tugas-tugas yang bermakna secara bertahap. Pastikan bahwa siswa
memiliki kesempatan untuk menggunakan pengetahuannya menjadi bermakna.
Melalui proses pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir
seperti membuat keputusan, memecahkan masalah, penemuan, penyelidikan,
eksperimen, dan analisis sistem, maka siswa akan menggunakan pengetahuannya
tersebut secara bermakna.
5. Pembiasaan Produktif dalam Hal Berpikir
Aspek terakhir dalam dimensi belajar berkenaan dengan kebiasaan berpikir yang
produktif, yakni kebiasaan berpikir kritis dan kreatif. Meskipun penguasaan
konten itu perlu, tetapi hal ini bukanlah tujuan utama pendidikan.
Pengembangan mental pembiasaan di mana siswa belajar menurut apa yang
diinginkan atau dibutuhkan dalam kehidupannya merupakan tujuan terpenting dalam
pendidikan. Beberapa kebiasaan berpikir di antaranya :
T Memahami dan mencoba untuk memahami dengan jernih
T Berpikir secara terbuka (open mided)
T Berupaya untuk menahan dorongan emosi
T Menyadari akan konsekuensi terhadap pemikirannya
sendiri
T Melakukan evaluasi terhadap efektivitas perilaku
T Mendorong diri sendiri untuk berkembang
berdasarkan kesadaran akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
T Konsisten terlibat dalam tugas-tugas meskipun
jawaban atau solusi terhadap masalah belum diperoleh.
Dari sikap dan persepsi positif tentang belajar di atas, yang mendorong
munculnya model-model pengajaran.
Model Pengajarannya adalah: a. Konsep
b. Keterampilan Proses
c. Keterampilan Berfikir Kritis
d. Keterampilan Berfikir Kreatif
e. Keterampilan Berfikir Produktif
yg di jadiin background blog lagu siapa yah??
BalasHapusenak euy,,,
lagunya Miley Cirus
Hapusterima kasih sudah mampir