Konsep
Dasar Mengajar
Kata “teach” atau mengajar berasal
dari bahasa Inggris kuno, yaitu teacan. Kata ini berasal dari bahasa Jerman
kuno (Old Teutenic), taikjan, yang berasal dari kata dasar teik, yang berarti
memperlihatkan. Kata tersebut juga dalam bahasa Sanskerta, dic, yang dalam
bahasa Jerman kuno dikenal dengan deik. Istilah mengajar (teach) juga
berhubungan dengan token yang berarti tanda atau symbol. Kata token juga
berasal dari Bahasa Jerman kuno, taiknom, yaitu pengetahuan dari taikjan. Dalam
bahasa Inggris kuno teacan secara berarti to teach (mengajar). Dengan demikian,
token dan teach secara historis memiliki keterkaitan. To teach (mengajar)
dilihat dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang
melalui tanda atau simbol, penggunaan tanda atau simbol itu dimaksudkan untuk
membangkitkan atau menumbuhkan respons mengenai kejadian, seseorang, observasi,
penemuan dan lain sebagainya.
Secara deskriptif mengajar
diartikan sebagai proses penyampain informasi atau pengetahuan dari guru kepada
siswa. Proses penyampain itu sering juga dianggap sebagai proses mentransfer
ilmu. Dalam konteks ini, mentransfer tidak diartikan dengan memindahkan,
seperti misalnya mentransfer uang. Apakah mengajar juga demikian? Apakah ilmu
pengetahuan yang di miliki seorang guru,akan menjadi berkurang setelah
dilakukan proses mentransfer? Tidak, bukan? Bahkan mungkin saja ilmu yang
dimiliki guru akan semakin bertambah. Nah, kata oleh sebab itu kata mentransfer
dalam konteks ini diartikan sebagai proses menyebarluaskan.Untuk proses
mengajar, sebagai proses menyampaikan pengetahuan, akan lebih tepat jika diartikan dengan
menanamkan ilmu pengetahuan seperti yang dikemukakan Smith (1987) bahwa
mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan (teaching imparting
knowledge or skill).
Sebagai proses menyampaian atau
menanamkan ilmu pengetahuan, maka mengajar mempunyai beberapa karakteristik
sebagai berikut:
a. Proses
pengajaran berorientasi pada guru (teacher centered).
Dalam
kegiatan belajar mengajar, guru memegang peran yang sangat penting. Guru
menentukan segalanya. Oleh karena begitu
pentingnya peran guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akanberlangsung
manakalah ada guru, dan tak mungkin ada proses pembelajaran tanpa guru.
Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada
tiga peran utama yang harus dilakukan guru, yaitu guru sebagai perencana,
sebagai penyampai informasi, dan guru sebagai evaluator. Dalam melaksanakan perannya
sebagai informasi, sering guru mengunakan metode ceramah sebagai metode utama.
Sebagai evaluator guru juga berperan dalam menentukan alat evaluasi
keberhasilan pengajaran. Biasanya criteria keberhasilan proses pengajaran
diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan
guru.
b.
Siswa sebagai objek
belajar.
Konsep
mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran menempatkan siswa sebagai
objek yag harus menguasai materi pelajaran. Peran siswa adalah sebagai penerima
informasi yang diberikan guru. Jenis informasi dan pengetahuan yang harus
dipelajari kadang-kadang tidak berpijak dari kebutuhan siswa,akan tetapi
berangkat dari pandangan apa yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.
Sebagai
objek belajar,kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan
minat dan bakatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gayanya,sangat terbatas.
Sebab dalam proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
c.
Kegiatan pengajaran
terjadi pada tempat dan waktu tertentu.
Proses
pengajaran berlangsung pada tempat tertentu,misalnya terjadi di dalam kelas
dengan penjadwalan yang ketat,sehingga siswa hanya belajar manakalah ada kelas
yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Sering proses
pengajaran terjadi sangat formal. Demikian juga halnya dengan waktu yang diatur
sangat ketat. Misalnya,manakalah waktu belajar suatu materi pelajaran tertentu
telah habis, maka segera siswa akan belajar materi lain sesuai dengan jadwal
yang telah di tetapkan. Cara mempelajari nya pun seperti bagian-bagian yang
terpisah, seakan-akan tak ada kaitannya antara materi pelajaran yang satu
dengan yang lain.
d.
Tujuan utama pengajaran
adalah penguasaan materi pelajaran.
Keberhasilan
suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai mata
pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah penguatan
yang bersumber dari mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Oleh karena
kriteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, maka alat
evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes hasil belajar tertulis (paper and
pencil test) yang dilaksanakan secara periodik.
2. Mengajar Sebagai Proses Mengatur Lingkungan
Pandangan lain mengajar
dianggap sebagai proses mengatur lingkungan dengan harapan agar siswa belajar.
Dalam konsep ini yang penting adalah belajarnya siswa. Yang penting dalam
mengajar adalah proses mengubah perilaku. Dalam konteks ini mengajar tidak
ditentukan lamanya serta banyaknya materi yang disampaikan, tetapi dari damoak proses
pembelajaran itu sendiri. Bisa terjadi guru hanya beberapa menit saja di muka
kelas, namun dari waktu yang sangat singkat itu membuat siswa sibuk melakukan
proses belajar, itu sudah dikatakan mengajar.
Terdapat beberapa
karakteristik dari konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan itu.
a. Mengajar
berpusat pada siswa (Student Centered)
Mengajar
tidak ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh siswa itu
sendiri. Siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan
dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang
belajar sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab
itu, materi apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya tidak
semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, tetapi memerhatikan setiap
perbedaan siswa.
b. Siswa sebagai Subjek Belajar
Dalam
konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan,siswa tidak dianggap sebagai
organism yang pasif yang hanya sebagai penerima informasi, akan tetapi dipandang
sebagai organism yang aktif, yang memiliki potensi untuk berkembang. Mereka
adalah individu yang memiliki kemampuan dan potensi.
c. Proses Pembelajaran Berlangsung di Mana Saja
Sesuai
dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses
pembelajaran bisa terjadi di mana saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat
belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan sifat materi pelajaran.
d. Pembelajaran
Berorientasi pada Pencapaian Tujuan
Tujuan
pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk
mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk itu
metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode ceramah,
tetapi mengunakan berbagai metode, seperti diskusi, penugasan, kunjungan ke
objek-objek tertentu dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar